Satu lagi produk mengandung Propolis - yang sebenarnya adalah lem alami bikinan lebah - kali ini dalam posisi slot skincare paling akhir di malam hari.

Selain mengandung Propolis (16%), produk ini juga mengandung Sea Buckthorn yang kaya kandungan Vitamin C, air daun Centella, Niacinamide dan akar Licorice untuk mencerahkan kulit, Adenosine dan Beta Glucan sebagai perawatan anti-aging dan peningkatan kesehatan lapisan pelindung alami kulit.

Propolis sendiri, mirip dengan madu dan Royal Jelly, terkenal akibat khasiat anti-bakteri, anti-septik, anti-peradangan serta mempercepat proses penyembuhan luka. Segala turunan madu ini sudah sering menjadi kandungan dalam berbagai produk perawatan kulit akibat banyaknya kebaikan bagi kulit kita.

Produknya sendiri agak unik menurut saya. Teskturnya di awal agak waxy, tapi nggak beku, mudah diaplikasikan dan di gosok-gosok antara tapak tangan. Ketika dioles, dia akan bereaksi dengan suhu kulit, meleleh dan berubah teksturnya jadi creamy. Menyatu dengan mudah ke kulit kita. Setelahnya, akan terasa sekali betapa dia menyegel kulit - bukan akibat ada lapisan lengket sumuk di permukaan kulit lho.

Justru enteng, terasa ada sesuatu di permukaan kulit tapi nggak kayak terselaputi lapisan pliket.

Ringan dan nyaman, cocok sekali sebagai langkah terakhir rangkaian skincare malam hari karena jelas seluruh produk yang digunakan sebelumnya tersegel dengan baik. Nggak ada rasa lengket, tanpa bau-bauan aneh apapun juga.

Produk ini bahan bakunya memang bagus-bagus, nampaknya sederhana namun ternyata efektif sekali. 

Mulanya saya agak kaget karena produk propolis kok tanpa aroma madu-madu-an, warnanya pun putih alami biasa aja. Sekilas kayak “meh” tapi setelah dioles, lalu digunakan selama beberapa waktu, efeknya bisa ditandingkan dengan produk sejenis dalam kelas lebih premium sekalipun.

Inilah yang namanya jangan menilai buku hanya dari sampulnya….sederhana, ekonomis namun berfaedah tinggi!