Surfaktan di Dalam Skincare, Berbahayakah?

Kandungan Surfaktan pada Produk Skincare - beningbersinar

Oleh: Fransiska Anggraini

Haruskah Parno Sama Surfaktan?

Produk pembersih muka adalah kunci kulit yang sehat. Jadi kalau mengaku newbie masalah skincare, apalagi yang baru mau membenahi ritual merawat muka, mulailah dari membenahi produk pembersih muka. Artikel ini akan khusus membahas apa-apa aja yang perlu diperhatiin untuk milih second cleanser yang bagus, terutama yang berkaitan sama momok banyak orang berupa surfaktan, bahan yang kerap ditemui dalam kandungan sabun muka.

Karena cleanser hanya akan menempel sesaat di muka, hal pertama untuk dipertimbangkan kalo milih second cleanser bukan zat aktifnya seperti kalau kita lagi pilah-pilih serum. Ya oke kalo dia mengandung Centella Asiatica, Probiotik, Astaxanthin dan lainnya yang bisa bikin kulit lebih cerah atau mengurangi produksi sebum, tapi yang lebih penting untuk jadi bahan pertimbangan adalah jenis surfaktan yang terkandung di produk-produk yang lagi diincer.

 

SLS Beneran Tokoh Antagonis?

Surfaktan atau surface active agent adalah zat pengikat air dan minyak yang selalu ada di berbagai produk yang mengeluarkan busa, mulai dari sampo, sabun, badan, odol, dan deterjen.  Sebenarnya jenisnya banyak, tapi yang sering kedengeran karena banyak bikin parno rakyat jelita adalah sodium lauryl sulfate (SLS).

 

Reputasi SLS – dan zat sulfat secara keseluruhan - jadi jelek karena kemampuan mengangkat minyaknya sangat kuat sehingga bikin kulit kehilangan minyak alami. Dia inilah biang kerok mata terasa perih kalo kemasukan sabun dan kulit terasa ketarik habis cuci muka. Buat pemilik kulit sensitif, SLS adalah musuh bebuyutan. Tapi apakah SLS emang beneran seserem itu?

 

Kulit punya lapisan pelindung tipis yang terdiri ceramide, lipid, dan fatty acid dengan pH normal sekitar 4 - 6.5Di kulit sensitif, kulit kering, atau kulit yang rawan berjerawat, lapisan pelindung ini lebih rapuh, sehingga cleanser dengan pH tinggi karena ada SLS-nya (pH SLS sekitar 7,5 – 8,5) bisa merusak skin barrier. Level pH tinggi dalam cleanser biasanya karena jenis surfaktan yang dikandung produk tersebut.

 

Kerusakan skin barrier ini pastinya nggak sim salabim sesaat setelah pakai sabun muka dengan SLS, tapi pelan-pelan dan akumulatif. Awalnya yang terasa mungkin cuma kulit yang terasa ketarik, tapi lama-lama, dalam hitungan minggu atau bulan, bisa mulai timbul area kering (dry patches) di muka yang bikin gatal dan kemerahan. Atau, bisa juga berefek ke muka yang jadi gampang berjerawat karena kulit nggak punya lagi pelindung dari pengaruh buruk eksternal.

Nggak Bisa Dipukul Rata

Sebenarnya SLS nggak bisa dipukul rata kalo efeknya nggak bagus buat kulit. Kenapa? Karena ya tergantung seberapa banyak kandungan SLS yang dipake dan jenis kulit masing-masing orang. Kandungan beda, tipe kulit beda, ya reaksinya juga bakal beda.  

Soalnya pernah ada penelitian, di mana beberapa orang sekaligus ikutan patch test selama empat jam pake kandungan SLS yang beda-beda. Hasilnya, ada yang kena 0,1 persen SLS aja kulitnya sudah iritasi. Tapi sebaliknya, ada yang baru menampakkan gejala iritasi setelah kena kandungan SLS lebih dari 20 persen.

Jadi kesimpulannya? Semua balik lagi ke kondisi skin barrier masing-masing. Yang skin barrier-nya bagus atau tebal pastinya toleransi sama kandungan SLS akan lebih tinggi dan malah, orang yang kulitnya sangat berminyak sebenarnya justru bisa diuntungkan dengan daya kerja SLS.

Gimana, udah lebih nggak parno ya sama SLS? Ya emang nggak selamanya kandungan SLS itu serem kalo ngomongin iritasi. Soalnya banyak juga produk yang bebas sulfat pun berisiko bikin iritasi. Pinter-pinternya kita aja untuk berstrategi. Misalnya, abis pake sabun muka dengan kandungan sulfat, langsung kompensasi kelembapan sama hydrating toner yang mumpuni. 

 

Alternatif Surfaktan

Alternatif surfaktan yang nggak sekeras SLS adalah Sodium Lauryl Ether Sulfate (SLES) atau yang lebih dikenal dengan Sodium Laureth Sulfate dan disingkat SLES. Meski namanya mirip SLS karena memang masih serumpun sama Lauryl, tapi SLES nggak sekeras SLS dan jatuhnya ke kulit sehabis cuci muka pun gak sekering sabun muka yang pake SLS.

Berikut beberapa surfaktan kelas ringan yang bisa dipilih dari daftar teratas ingredient list. Jangan kaget ya kalo di satu produk mengandung beberapa surfaktan lembut sekaligus. Eh, ngomong-ngomong, udah pada biasa kan baca ingredient list yang tercantum di setiap produk? Tinggal lihat di situs resmi maupun distributor produk, kalau tulisan di kemasan terlalu kecil dan bikin rabun!

 

1. Coco Betaine

Surfaktan ringan ini adalah turunan minyak kelapa yang bikin kulit nggak kering tapi tetap punya daya bersih yang optimal dengan pH sekitar 6.8. Produk-produk pembersih wajah yang pake embel-embel “natural” atau “organik” biasanya mengandung surfaktan jenis ini. Hyggee All-In-One Care Cleansing Foam adalah salah satu produk yang pake Coco Betaine.

2. Sodium Cocoyl Glycinate

Surfaktan ini bersifat melembapkan kulit karena merupakan turunan asam amino, baik dari hewan maupun tanaman, walau bisa juga sintetis. Kalo yang sintetis, zat ini dibuat dari fatty acid kelapa dan glycine asam amino. Lagom Cellup Micro Foam Cleanser adalah salah satu sabun muka yang mengandung surfaktan dan busanya sering dideskripsikan “selembut awan” ini.

3. Coco Glucoside

Jenis surfaktan ini diolah dari minyak kelapa dan gula dari buah-buahan, selain bisa juga dari kentang atau jagung. Banyak dimanfaatkan untuk cleanser dengan busa lembut, surfaktan ini juga tergolong ramah lingkungan (tidak menimbulkan endapan yang mencemari saluran pembuangan atau air). Coco Glucoside salah satunya terkandung di Missha Super Aqua Ultra Hyalon Cleansing Foam.

4. Decyl Glucoside

Mirip Coco Glucoside (tidak mengikat air dan gampang diurai limbahnya), perbedaan surfaktan ini terletak di komposisi molekulnya yang lebih sederhana, sehingga busanya pun lebih sedikit dari produk yang pake Coco Glucoside. Ciri lain produk yang mengandung Decyl Glucoside, karena diolah dari turunan minyak kelapa dan gula dari buah-buahan, biasanya lebih kental dan dipake di berbagai produk untuk bayi. Rovectin Skin Essentials Conditioning Cleanser adalah salah satu produk dengan kandungan Decyl Glucoside.

5. Lauryl Glucoside

Surfaktan ini mirip dua surfaktan sebelumnya, hanya saja komposisi molekulnya lebih panjang dan lebih kental teksturnya, sehingga ketika diperciki air, lebih lama untuk membentuk busa. Sabun muka Haple adalah contoh second cleanser yang mengandung surfaktan ini, baik di varian Ivey, Lacroix, maupun Halley.

6. Potassium Laureth Phosphate

Nama lainnya adalah Lauryl Phosphate, surfaktan ini punya daya sapu bersih yang bagus. Kemampuan emulsi dan antikorosinya pun telah terbukti bagus untuk bahan campuran pembersih muka, seperti yang terkandung di Naruko Tea Tree Purifying Clay Mask & Cleanser In 1.

7. Sodium Cocoyl Isethionate (SCI)

Salah satu surfaktan terlembut ini kerap ditemukan di aneka pembersih muka yang mengklaim “gentle”, salah satunya Make P: Rem Relief Moisture Cleansing Foam. Bagi pemilik kulit sensitif atau kering, kalo pun harus menggunakan produk pembersih dengan surfaktan, carilah yang mengandung SCI ini.

 

Itu baru sebagian jenis surfaktan dan masih banyak yang lain. Kalo tetep keukeuh mau pake sabun muka tanpa sulfat-sulfatan, silakan cari yang kandungannya pake bahan-bahan alami, di mana biasanya disebut sebagai soap-free alias yang diartikan sebagai minim busa. Yang jamak dipakai adalah kelapa sawit dan minyak kelapa (bisa dalam bentuk lauric acid alias fatty acid dari kelapa yang juga mengandung zat antibakteri), tapi bisa juga minyak dari sayur, buah, dan bunga, seperti minyak zaitun, minyak bunga matahari, minyak lavender, di mana biasanya dioplos bareng humektan (zat pelembap), seperti butylene glycol.

Sekarang jangan langsung parno lagi ya kalo dengar kata “surfaktan”! Kalo pun di deretan teratas tercantum surfaktan, langsung cari juga di ingredient list tersebut jenis-jenis bahan hydrating apa aja yang dipake sebagai kompensasi, biasanya berupa minyak-minyakan dari tumbuhan dan glycerin, untuk meminimalisir iritasi.

Seperti biasa, sebelum nyoba produk baru, cari tahu sebanyak-banyaknya tentang kandungan bahan yang tercantum di ingredient list biar lebih siap lahir batin ngadepin (potensi) efek buruknya ke kulit. Salam kinclong selalu!

Baca lebih lanjut

grafis Ingredients Ajaib - beningbersinar

Bahan-bahan Ajaib dan Aneh dalam Produk Skincare

Apa itu pH kulit, Skin Barrier dan seberapa penting dalam memilih Second Cleanser?

Apa itu pH kulit, Skin Barrier dan seberapa penting dalam memilih Second Cleanser?

Viral TCA (Trichloroacetic Acid) Peeling yang menjanjikan hasil cepat namun berbahaya - beningbersinar

Bahaya TCA untuk Pengelupasan Kulit

Komentar

Izzatur Rahmah November 12 2020

Berdasarkan pengalaman, produk yang mengandung coco betaine seperti hyggee all in one cleansing foam, meski busanya melimpah tapi lembut d kulit, ga bkin ketarik, kering dan iritasi. Beda dengan salah satu facial wash yang sempat viral ternyata mengandung SLS dan SLES. Bahkan sayangnya skincare drugstore yang tersedia saat ini juga rata2 mengandung SLS dan SLES. Di awal2 emg ga akan keliatan sisi buruknya, tapi setelah berminggu2 berlalu, bkalan ngerasain kulit perih, gatal dan bruntusan mulai muncul.