Alkohol dalam Produk Skincare

Alkohol dalam Skincare - beningbersinar

Oleh: Fransiska Anggraini

 

Bak bocah ABG yang hormonal, alkohol adalah salah satu bahan dalam skincare yang sering salah dimengerti. Banyak produk berlomba-lomba nyantumin klaim “alcohol-free”. Tapi apa bener kandungan alkohol di skincare itu nggak bagus untuk kulit?

Jangan keburu bilang “Ku tak mau tak mau tak-tak-tak-tak-tak, Ku tak mau tak mau tak” (#yousingyoulose) kayak Bang Rhoma Irama di lagu Mirasantika karena alkohol untuk bahan skincare itu banyak jenisnya dan nggak semuanya berefek negatif. Secara umum, alkohol dipake sebagai pengawet biar produk nggak cepat rusak akibat terkontaminasi bakteri. 

Alkohol sendiri adalah istilah dalam ilmu kimia untuk molekul yang mengandung grup hydroxyl alias atom oksigen yang menyatu dengan atom hydrogen. Dari definisinya itu aja, cakupannya luas banget. Dari alkohol yang untuk diminum sampai yang untuk dioles ke kulit, semuanya punya grup hydroxyl yang sama. Yang ngebedain cuma berat molekulnya. Di jenis alkohol yang untuk dioles ke kulit, berat molekul inilah yang jadi pembeda mana alkohol yang jahat dan mana yang baik.

 

Alkohol Jahat

Ethanol, isopropyl alcohol, alcohol denat (denatured alcohol), dan methanol adalah jenis alkohol bermolekul ringan yang biasanya dicampur ke krim muka untuk bikin teksturnya lebih ringan sehingga gampang meresap ke kulit. Pemilik kulit berminyak akan cepet kesengsem sama produk-produk yang mengklaim gampang kering atau terserap sesaat setelah dioles, yang bikin kulit terasa matte, dan yang ringan kayak nggak pake apa-apa. 

Tapi sayangnya, ethanol, isopropyl alcohol, alcohol denat (denatured alcohol), dan methanol (ingetin ya nama-namanya!) adalah biang kerok kulit iritasi dan kering, yang dalam jangka waktu panjang bisa merusak skin barrier. Kalo skin barrier rusak, otomatis kulit nggak bisa menahan kadar air. Akibatnya, produksi minyak berlebih dan muncullah jerawat. Dilema banget buat para pemilik kulit berminyak ya kan! Maksud hati pengen pake produk yang meminimalisir minyak, tapi ujung-ujungnya malah bikin makin berminyak. Makanya mesti dilihat kadar alkoholnya juga, jenis alkohol jahat itu masih aman untuk kulit berminyak kalo kandungannya nggak banyak.

 

Alkohol Baik

Ada kelompok alkohol yang disebut fatty alcohols yang sama sekali nggak merusak kulit karena molekulnya berat. Diproduksi dari tumbuhan, fatty alcohols biasanya berbentuk padat dan fungsinya untuk nyatuin produk yang mengandung minyak dan air, biar nggak misah kayak orang lagi musuhan. 

Di daftar komposisi, alkohol bermolekul berat ini tercantum sebagai cetylstearyl, behenyl, dan cetearyl alcohol (catet, gaes. nama-namanya!) yang justru berfaedah untuk pemilik kulit kering karena bisa berperan sebagai moisturizer yang memperkuat skin barrier dan menyimpan kadar air di bawah kulit. Karena molekulnya yang berat itu jugalah, maka produk-produk yang mengandung alkohol baik, biasanya moisturizer, akan terasa lebih rich

Karena alkohol baik diproduksi dari tanaman, biasanya kelapa atau sawit, mau nggak mau si alkohol juga membawa sifat si minyak tanaman tersebut. Dan ndelalah minyak dari aneka tanaman, baik dari biji atau buah, berpotensi untuk menyumbat pori yang akhirnya bisa bikin jerawat. Nggak jarang minyak kelapa dan kelapa sawit juga bikin iritasi kulit, terutama buat yang emang punya alergi. Biarpun diambil dari tanaman, nggak selalu produk itu pasti aman sentosa, gaes!

 

Jadi Mesti Gimana?

Kesimpulannya, perbedaan alkohol baik dan jahat itu terletak di tekstur produknya. Sebagai konsumen, kita juga mesti pinter-pinter membaca ingredient list dan berstrategi untuk make masing-masing jenis alkohol sesuai kebutuhan. Keduanya nggak ada yang perlu ditakuti kalo kita tahu sifat dasar masing-masing dan efeknya ke kulit sendiri. 

Berikut sekilas aturan yang mungkin bisa diterapin untuk make produk yang ada kandungan alkoholnya. Aturan ini emang masih harus trial and error sesuai kondisi kulit masing-masing, selain juga harus memperhitungkan kadar di setiap produk yang dipakai.

  • Untuk kulit berminyak: Pilih produk dengan alkohol yang berat molekulnya rendah alias kelompok alkohol jahat, seperti ethyl alcohol. Tapi buat kulit berminyak yang cenderung sensitif, mending hindari jenis alkohol tersebut karena berpotensi bikin kering dan iritasi.
  • Untuk kulit kering: Pilih produk dengan alkohol yang berat molekulnya tinggi, seperti cetyl dan stearyl yang punya efek melembapkan.
  • Untuk kulit sensitif: Terutama yang punya masalah dengan eczema, mending hindari produk dengan jenis alkohol apa pun, mau baik atau pun jahat, karena make alkohol jenis baik yang melembapkan pun masih berpotensi bikin iritasi.

Di produk yang kadarnya tepat, jenis alkohol jahat maupun baik bisa bermanfaat. Tapi emang menilai sebuah produk nggak bisa cuma dari kandungan alkoholnya, tapi harus menyeluruh alias dengan ngelihat juga kandungan bahan-bahan yang lain. Di sinilah letak trial and error-nya. Mungkin alkoholnya nggak apa-apa, tapi justru paduan bahan lainnya lah yang bikin kulit kita bermasalah. 

Alkohol baik dan jahat itu sebenarnya nggak merusak, kalo emang kulit kita cocok dan kadarnya nggak kebanyakan. Yang sedang-sedang ajalah, gaes, dan sekali lagi, mari kita kenali kulit sendiri!

Baca lebih lanjut

Skincare Sesuai Dekade Usiamu

Skincare Sesuai Dekade Usiamu

Apa itu pH kulit, Skin Barrier dan seberapa penting dalam memilih Second Cleanser?

Apa itu pH kulit, Skin Barrier dan seberapa penting dalam memilih Second Cleanser?

Pilih skincare mahal atau murah?

Pilih skincare mahal atau murah?

Komentar

Izzatur Rahmah November 5 2020

Sebagaii pemilik kulit sensitif, alkohol baik maupun jahat tetep aja jadi masalah kalau dipakai. Kadang masalahnya ga selalu muncul di awal pemakaian. Bahkan saat udah ngabisin setengah produk, barulah muncul masalah. Bruntusan, gatal, kering dll. Ga tau kenapa tapi setiap pemakaian dihentikan dan diganti ke “alcohol free” kulit jauuuh cepet membaiknya.